Melanjutkan cerita di lagu “Di Sampingmu”, Moccatune kembali dengan sebuah karya energetik berjudul “Halu” bersama manajemen Sooberty Club. “Halu” adalah lagu teen-pop tentang delusi seseorang yang menderita akibat cinta tak sampai. Anya Junor, vokalis Moccatune, menceritakan bahwa lagu ini berkisah tentang seseorang yang tidak bisa menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan skenario romantis di pikirannya. Parahnya, ia terus-menerus “halu” (istilah slang untuk berkhayal) hingga rasa sukanya berubah menjadi obsesi.
“Halu bercerita tentang seseorang yang diam-diam suka dengan pacar orang, padahal dia sendiri juga sudah punya pacar. Akhirnya, dia membangun hubungan di dalam khayalannya sendiri,” ujar Anya.
Seperti karya Moccatune sebelumnya, Satriagung Caesar Wijaya (keyboardist) masih dipercaya untuk menulis dan memproduksi “Halu”. Menurut Satria, komposisi lagu ini merupakan resep musik yang selama ini mereka cari. Sebuah lagu yang upbeat dan emosional; terdengar bersemangat namun sedih; dengan instrumen yang uplifting namun membawa rasa sesal; vokal yang ceria namun mengiris hati. Semua itu dirangkum dalam track sepanjang tiga menit lima belas detik yang singkat, padat, dan “tidak jelas”.
“Lagu pertama yang aku tulis dan bikin semua orang yang aku kenal suka adalah ‘Halu’. Kalo single-single sebelumnya mungkin peminatnya masih kerasa segmented banget. Ada yang suka, ada yang ga suka. Tapi lagu yang satu ini beda, semuanya suka. Bahkan sampai keluarga dan orang tuaku yang penikmat lagu retro pun dibikin joget dan bergumam sepanjang hari oleh lagu ini. Begitu juga dengan fanbase Moccatuners yang selama ini dukung kita. Dengan begitu pun kita waktu bawain juga jadi happy banget. Jadi bisa disimpulkan kalo ‘Halu’ adalah resep yang oke dan akan kita pakai di album dan kemungkinan produksi-produksi yang lain di masa depan,” ujar Satria.
Seluruh produksi lagu “Halu” dilaksanakan di studio kamar Sooberty Club oleh seluruh personil Moccatune secara bergantian. Seluruh instrumen direkam secara langsung kecuali sejumlah instrumen pendukung seperti keyboard, strings, dan pad. Anya juga membagikan cerita seru terkait kesulitannya untuk bernyanyi menyesuaikan dengan gaya musik Moccatune.
“Jadi kan waktu pertama produksi, aku masih belum bisa banget pake aksen centil ala vokalis pop 2000-an. Akhirnya, aku bikin playlist yang aku kasih judul ‘Indo Centil’. Isinya lagu-lagu dari musisi kayak Acha Septriasa, Astrid, dan Ratu. Aku dengarkan playlist itu selama dua minggu penuh,” katanya. Memang pada dasarnya Anya Junor adalah penikmat musik era 2000-an, namun menikmati dan mengeksekusi adalah dua hal yang berbeda. Walaupun kesulitan, Anya melihat kekurangannya sebagai sebuah tantangan pribadi yang harus dilewati untuk bisa level up.
Dalam proses perilisan “Halu”, Moccatune juga berkolaborasi dengan seniman dan brand lokal untuk memproduksi merchandise. Illustrator lokal Ilham Aji Pangestu, yang sering dipanggil Holak, dipilih sebagai kolaborator untuk membuat artwork “Halu”. Sedangkan untuk produksi kaos merchandise, Moccatune menggandeng Brigside Easywear, sebuah brand clothing lokal dari Surabaya yang sudah cukup ramai terdengar dari katalog kolaborasinya dengan unit garage rock Modernheads.
“Halu” merupakan single ke-4 dari album “Kembali ke Kotamu” yang akan dirilis oleh Moccatune dalam waktu dekat. Bersamaan dengan rilisnya “Halu” ini, Moccatune ingin menunjukkan bahwa musisi lokal juga bisa konsisten merilis karya baru secara produktif. Tidak hanya sekadar meluncurkan sebuah karya musik, namun juga bisa menjadi pemantik untuk membakar semangat kolaborasi antara musisi dan seniman lokal lainnya. Selain merilis merchandise, Moccatune juga berencana untuk mengadakan tur keliling sekolah bersama radio dan bekerjasama dengan kolektif lokal untuk tur di beberapa kota di Jawa Timur.